Description

Objek Wisata Sempu Banten Girang di Cipare Serang Banten terletak di pinggiran Kota Serang. Kota ini berkembang mulai paro pertama abad ke-19, setelah orang Belanda menjadikannya pusat pemerintahan daerah itu, dengan maksud melenyapkan arti politik Banten.

Dilihat dari Sempu, situs itu tampak terlihat seperti dataran tinggi tersendiri yang menjulang dari sebuah jurang sedalam lima belas meter akibat tufa vulkanis terkikis sungai. Dataran itu dikelilingi jurang berupa kelokan sungai sepanjang lebih dari separo garis kelilingnya, yaitu di sebelah utara, timur, dan sebagian sebelah selatan. Depresi yang membatasinya di sebelah barat sekarang ditumbuhi pohon nipah dan di musim hujan menjadi palung sungai sementara, memberi kesan Banten Girang sebagai “benteng” alami.

Sementara di Sempu rumah-rumah berdesakan di tepi sungai, maka dataran tinggi Banten Girang tampak hampir kosong, hanya di sana-sini muncul atap dari tengah-tengah kehijauan. Jembatan gantung kecil dari besi yang dibangun tahun 1950-an untuk menyeberangi sungai, tidak dibuat untuk beberapa yang tinggal di situ–lagi pula saat itu belum ada–melainkan untuk orang luar yang ramai datang menziarahi makam suci yang terletak di seberang sungai.

Bahkan struktur kotan Banten Lama sudah mengenal daerah pecinan yang terdapat Masjid Pecinan Tinggi, masih dapat ditemui bangunan rumah di daerah pecinan. Ini menggambarkan betapa majunya Banten Lama pada masa itu.

 

Keraton Surosowan mudah ditemui karena lokasiny dekat Masjid Banten. Keraton ini dibangun pada tahun 1552 dan pernah rusak karena diserang Belanda pada tahun 1680. Tetapi dihancurkan kembali oleh Belanda pada tahun 1813.

Keraton ini dikelilingi oleh benteng, maka dikenal pula dengan sebutan Benteng Surosowan. Lebih tepatnya disebut kawasan Benteng Surosowan, karena di dekatnya terdapat Keraton Surosowan, alun alun, Masjid Banten,dan  jalur transportasi air.

Yang tidak kalah menarik adalah Jembatan Rante di sebelah utara dari benteng surosowan. Jembatan ini dibangun di atas anak sungai Kota Banten Lama, yang berfungsi sebagai “tol perpajakan” perahu pengangku barang dagangan pedagang asing yang masuk kota kerajaan. Ini mencerminkan betapa sudah majunya ekonomi dan politik kerajaan Banten pada masa itu. Dengan pajak yang masuk, Maulana Yusuf sudah banyak membangun fasilitas kota.

Jembatan Rante dibangun dengan dua buah tiang kokoh dari material bata dan karang di kedua sisinya. Bila tidak kapal yang masuk maka jembatan digunakan untuk menyeberang orang dan kendaraan darat, tetapi bila ada kapal yang merapat, maka jembatan dari papan itu diangkat menggunakan rantai, maka disebut jembatan rante.

Jejak arsitekturnya masih dapat dilihat, meskipun sudah tidak ada rantai dan papannya lagi. Dua tiang berukuran jumbo masih ada disana. Anak sungai pun masih ada, meskipun sekarang tidak digunakan lagi. Di sekitar anak sungai sudah banyak dibangun rumah penduduk.

Video

There are no reviews yet.

Be the first to review “Jembatan Rante”

Your Rating for this listing
Choose to rate