Description
Kekayaan Indonesia memang tidak ada habisnya. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Flores, ada satu desa adat yang menarik untuk dikunjungi. Namanya, Desa Adat Gurusina.
Desa Adat Gurusina merupakan kampung adat tertua, yang berada tepat di Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Flores, NTT. Di lereng Gunung Inerie.
Desa tersebut pertama kali ditemukan oleh misionaris Belanda pada tahun 1934. Kala itu Desa Adat Gurusina masih berada di puncak Gunung Inerie, dan baru dipindahkan pada tahun 1942 ke dataran yang lebih rendah. Menariknya, Gurusina sudah ada sejak 50 abad yang lalu.
Atas dasar itu, Gurusina dipercaya menjadi desa adat tertua di Flores. Desa itu diisi tiga suku besar, yakni suku Kabi, suku Agoazi, dan suku Agokae. Ketiga suku tersebut tinggal di dalam 33 rumah adat yang terbuat dari bambu dan alang-alang.
Salah satu keunikannya, Desa Gurusina tidak bisa dilepaskan dari sejarah era megalitikum. Di tengah perkampung, berdiri tegak batu megalitikum. Hal yang menjadikannya ikonik.
Selain itu, budaya sarkofagus juga menjadi keunikan lainnya. Dimana pemakaman tidak dilakukan di bawah tanah, melainkan diletakkan di tempat penyimpanan.
Hal itu dilakukan karena bagi warga Gurusina harga keranda mati sangatlah mahal. Pun, kepercayaan mereka dari era megalitikum membuat orang yang sudah mati cukup disimpan saja.
Masyarakat adat yang baru melahirkan juga memiliki kebiasaan unik. Mereka memiliki tradisi menyimpan ari-ari anaknya di dalam batok kelapa. Setelahnya, ari-ari tersebut diletakkan di atas pohon yang paling tinggi. Dengan ritual itu mereka percaya, kelak anak-anaknya akan menjadi pelindung dan menurut kepada orang tua.
Dalam penataan pemukiman, warga Gurusina membangun rumahnya atau sao berjajar berhadap-hadapan. Permukiman kampung ini dibagi menjadi beberapa area seperti anjuran adat. Di dalam kampung terdapat beberapa rumah adat, pohon pelindung, dan area perkebunan.
Ada beberapa rumah adat yang berukuran lebih besar dari yang lainnya. Rumah adat ini dibuat menggunakan bahan hasil alam yakni kayu, bambu, dan alang-alang untuk penutupnya. Adan pula tanduk kerbau di bagian depan rumah.
Tanduk kerbau menjadi pertanda kekayaan dan kejayaan sang empunya rumah. Selain itu, di tengah-tengah desa juga terdapat bangunan bernama lopo, yang dipercaya menjadi tempat peristirahatan para leluhur.
Sementara itu, mata pencaharian warga Gurusina umumnya adalah bertani. Tanaman yang paling banyak dibudidayakan oleh warga seperti kemiri, kakao, jambu mete, dan cengkeh. Hal yang membuat masyarakat Desa Adat Gurusina abadi sampai saat ini karena mereka masih mempertahankan gaya hidup sederhana dan berkelompok antar sesama.
There are no reviews yet.