Description
Masjid Agung Al-Azhar (MAA) didirikan oleh Yayasan Pesantren Islam ( YPI ) pada tanggal 19 Nopember 1953 di atas tanah milik Yayasan seluas 43.755 m2 dan selesai dibangun tahun 1958.
Pada tahun 1960 Prof. Dr. Mahmoud Syaltout (Rektor Universitas Al-Azhar Mesir) dalam kunjungannya ke Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, memberikan kuliah umum kepada jamaah masjid, dan memberi nama ”Al-Azhar” kepada Masjid ini, yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama ”Masjid Agung Kebayoran Baru”.
Pada tahun 1962 dalam kiprahnya membina pemuda dan pemudi Islam, MAA mengadakan kegiatan Pramuka Gugus Depan dan sore harinya Pendidikan Islam Al-Azhar (PIA). Setelah Orde Lama tumbang dan lahirlah Orde Baru membawa angin segar bagi dakwah Islam khususnya bagi umat Islam.
Tokoh nasional yang menjadi ikon masjid ini adalah Prof. DR. Haji Muhammad Abdul Karim, lebih dikenal sebagai Buya Hamka, yang merupakan imam besar pertama masjid ini. Masjid dengan catatan sejarah panjang tersebut dikukuhkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebagai salah satu dari 18 situs tapak sejarah perkembangan Kota Jakarta. Tak hanya itu, pada tanggai 19 Agustus 1993 masjid ini dijadikan cagar budaya nasional.
Masjid yang kini berada satu kompleks dengan sarana pendidikan- mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga universitas yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar- tersebut masih mempertahankan bentuk bangunan yang lama.
Uniknya, bentuk bangunan dan ornamen yang ada sama sekali tidak terlihat usang atau kuno. Di samping karena perawatan yang intensif, hal ini memperlihatkan betapa visionernya para perancang bangunan masjid ini di awal pendiriannya.
Secara keseluruhan, bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Lantai bawah adalah ruang serbaguna yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan atau resepsi pernikahan. Ruang utama masjid terdapat di lantai dua.
Keseluruhan masjid disapu dengan warna putih bersih yang menyimbolkan kesucian. Tidak banyak detail ornamen terlihat di sekeliling bangunan. Meskipun demikian, tangga di empat penjuru masjid menjadikannya terlihat megah.
Memasuki ruang utama shalat, kesan yang sangat berbeda dengan bangunan luar yang minimalis akan terasa. Detail ornamen lukisan kaligrafi berbagai warna menghiasi keseluruhan bangunan. Jendela-jendela kayu tinggi yang mengitari dinding ruangan pun menjadi satu kesatuan membentuk sebuah desain yang indah.
Di sisi dalam kubah terlihat lukisan kaligrafi. Lafaz Allah berada di bagian puncaknya, dikelilingi oleh 99 Asma’ul Husna. Jendela-jendela kecil juga terlihat mengelilingi bagian kubah, memberikan pencahayaan alamiah ke dalam masjid.
Bangunan Masjid Al Azhar yang tampak sederhana tersebut sepertinya tidak kehilangan pamor di antara gedung tinggi Universitas Al Azhar dan SD, SMP, serta SMA di sisi lainnya. Tak dapat dimungkiri, bangunan masjid itulah yang hingga kini menjadi ikon nama besar Al Azhar yang memiliki banyak cabang sekolah di seluruh Indonesia.
There are no reviews yet.