Description
Jakarta yang dulunya bernama Batavia, memiliki menara pemantau aktivitas keluar masuk kapal yang berada di Jalan Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara. Kini, menara itu disebut Menara Syahbandar.
Selain berfungsi sebagai menara pemantau kapal, menara ini juga berfungsi untuk kantor atau pabean yang berarti tempat pengumpulan pajak atas barang-barang hasil bongkaran di pelabuhan Sunda Kelapa. Menara tersebut memiliki tinggi 12 meter dengan ukuran 4 x 8 meter. Ada tiga lantai yang dapat dikunjungi.
Selain itu, terdapat juga Tugu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta pada kala itu. Pada tahun 1977, prasasti ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Meski saat ini, titik nol sudah dipindahkan ke Monumen Nasional atau Monas.
Suasana gelap dengan sedikit lembab menyapa kami ketika masuk ke ruangan ini. Amaruli lalu menunjukkan koleksi yang ada di lantai dasar sebelum naik tangga, yaitu batu prasasti kedatangan Saudagar China abad 17.
Naik tangga sedikit, pemandu memperlihatkan kepada kami lukisan suasana depan Museum Bahari dan Menara Syahbandar pada zaman kolonial. Melalui lukisan tersebut tergambarkan bahwa sungai di depan Museum Bahari masih aktif dengan lalu lalang kapal atau perahu tradisional.
Sekadar informasi, untuk menaiki anak tangga di Menara Syahbandar, pengunjung harus berhati-hati karena tangga yang sudah berusia ratusan tahun rentan patah. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa terjatuh jika tidak berhati-hati karena jarak anak tangga satu dengan lainnya cukup jauh. Naik ke lantai selanjutnya, kami melihat banyak kotak kaca berisi teropong yang masih asli dan berusia hampir satu setengah abad.
Tiba di lantai paling atas, yaitu tempat pemantauan kapal. Lantai ini memiliki lukisan yang menggambarkan bahwa pada masa kolonial, orang-orang Indonesia memantau kapal dengan berpakaian dan menggunakan sarung. Orang-orang Indonesia pemantau kapal tersebut dulu disebut dengan Ki Demang atau kepala distrik, wedana pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda.
There are no reviews yet.