Description
Dibangun di atas lahan seluas 2 ha di tengah kawasan hutan lindung wisata jati. Itu adalah Tugu Pilar Perjuangan Bangsa Indonesia khususnya Madiun melawan keganasan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1948. Letaknya sekitar 8 km dari kota Madiun ke arah timur, tepatnya di desa Kresek, Kabupaten Wungu. Disekitar lokasi ini digunakan untuk Scouts Camp atau Public Camp. Dengan semangat kepahlawanan rakyat Madiun menentang keganasan PKI. Pilar Sejarah merupakan kenangan pahit yang tidak boleh dilupakan dan harus diingat kembali oleh generasi muda cita-cita bangsa dalam memperjuangkan Pancasila dan UUD 1945.
Sebuah monumen didirikan untuk mengingat aksi pembantaian yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada tahun 1948. Namanya Monumen Kresek. Bahkan monumen yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun ini juga menjadi saksi bisu kekejaman PKI kala itu. Sebab kabarnya di sekitar monumen inilah jenazah sejumlah tokoh yang dibantai PKI dimakamkan dalam satu lubang.
“Ini Monumen Kresek. Wisata sejarah yang wajib di ketahui anak-anak cucu kita. Jadi misal dari luar kota melewati Madiun alangkah baiknya untuk mengunjungi monumen ini,” kata salah satu pengelola Monumen Kresek, Heri Purwadi , Ikon monumen ini adalah patung besar yang terdapat di puncak bukit. “Patung ini menggambarkan seorang gembong PKI (Muso) yang sedang mengayunkan pedangnya ke seorang lelaki tua yang nampak pasrah,” ungkapnya.
Lelaki tua ini adalah representasi Kiai Husen, salah seorang ulama yang berpengaruh dan anggota DPRD Kabupaten Madiun saat itu. Di seputaran monumen juga terdapat sejumlah relief yang menggambarkan cara-cara kejam PKI saat membinasakan tokoh dan ulama di Madiun. Ada pula prasasti batu yang bertuliskan nama-nama prajurit TNI dan tokoh di Madiun yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek.
Salah satu prajurit TNI yang gugur saat pembantaian tersebut adalah Kolonel Inf Marhadi. “Namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di alun-alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan,” tutur Heri.
Heri menambahkan, monumen ini dibangun sejak tahun 1987 kemudian diresmikan pada tanggal 10 Juni 1991 oleh Gubernur Jawa Timur kala itu, Soelarso.
Tak hanya untuk wisata sejarah, kawasan monumen seluas 2 hektare itu juga kerap dimanfaatkan untuk upacara dan ajang berkemah oleh para pelajar. Mereka biasanya bermalam 3-4 hari bersama guru. Begitu juga dengan kegiatan kepemudaan lainnya seperti napak tilas. “Sering buat kemah anak pramuka. Biasanya 3 sampai 4 hari mereka bermalam,” ujar pengelola monumen lainnya, Tri Sugianto.
Namun jangan bayangkan monumen ini sepi dan menyeramkan. Oleh pengelola, monumen yang terletak di kaki Gunung Wilis ini juga dilengkapi pendopo tempat pengunjung beristirahat dan menikmati suasana, taman bermain dan area parkir yang luas. “Dua tahun lalu memang sepi, belum ada permainan anak dan taman bermain. Sekarang sudah ramai sejak ada pembenahan fasilitas, tempat selfie dan parkir luas,” tambah Tri.
There are no reviews yet.