Description
Tak banyak orang yang mengetahui keberadaannya. Bahkan tak banyak orang yang percaya bahwa ia ada. Padahal letaknya berada di pusat gaya hidup di Jakarta, yaitu Kemang.
Semut di ujung lautan tampak, tapi gajah di pelupuk mata tak tampak. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk Museum di Tengah Kebun. Tidak ada sign board yang besar dan mencolok mata, tidak ada pula bangunan megah dengan arsitektur zaman Belanda atau arsitektur kuno ala museum kebanyakan.
Yang ada hanyalah pintu gerbang kayu yang besar, yang menutupi bentuk bangunan di dalamnya dan nama museum yang tertempel di tembok kanan, dan kiri sebagai penanda. Untuk bisa memasuki Museum di Tengah Kebun, pengunjung tidak dikenakan biaya apa pun.
Tapi, sulit sekali memang untuk bisa masuk melihat-lihat koleksi museum itu. Anda harus memiliki rombongan paling sedikit tujuh orang dan paling banyak 12 orang untuk bisa masuk museum. Waktu berkunjung pun harus ditetapkan jauh-jauh hari dan harus dirundingkan dengan pengelola museum. Kira-kira, begitulah keterangan yang bisa didapatkan dari selembar kertas yang tertempel di pagar kayu besar museum.
Museum di Tengah Kebun memiliki 2.841 koleksi. Semua koleksi itu tersebar di 17 ruangan di bangunan utama seluas 700 meter persegi, yang merupakan rumah Sjahrial Djalil, mulai dari pintu masuk, kamar tidur, sampai kamar mandi. Selain itu, barang-barang juga tersebar di halaman dan kebun seluas 3.500 meter persegi.
Bahkan masih ada barang-barang koleksi yang belum dipajang yang jumlahnya bisa mencapai dua kali lipat dari barang yang dipajang. Semua barang-barang bernilai sejarah itu dikumpulkan Sjahrial Djalil selama 42 tahun terakhir. Ia melakukan perjalanan keliling dunia sebanyak 26 kali.
Selama perjalanan itu, ia banyak mengunjungi museum-museum di luar negeri dan merasa kecintaannya terhadap barang-barang sejarah semakin besar. Sebanyak 90 persen barang-barang sejarah ia dapatkan di Balai Lelang di berbagai kota di Eropa, Amerika, Hong Kong, dan Australia. Semua koleksi yang dimiliki Sjahrial pun berasal dari 63 negara dan 21 provinsi di Indonesia.
There are no reviews yet.